February 6, 2012

Argumentum Ad Verecundiam



Media massa, ya salah satu media yang paling ampuh dalam penyebaran informasi, termasuk blog ini. Kita dapat menikmati berbagai macam informasi dari Media massa. Media massa dapat diartikan sebagai sebuah alat penyampaian informasi yang ruang lingkupnya cukup luas.
Media massa bertugas menyampaikan informasi yang relevan dan kredibel dari narasumber kepada pembaca (masyarakat), informasi yang disampaikan hendaknya mendidik serta dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya, tidak asal sebar. Hal ini berguna agar para pembaca dapat memetik hasil dari apa yang mereka serap dari media massa, karena tipikal masyarakat kita adalah menelan mentah-mentah apa yang disajikan oleh media massa mulai dari berita, trend, music, dsb. Dapat dibayangkan jika media massa menyajikan informasi yang nampak meragukan, bagaimana dampaknya kepada para pembaca? Secara tidak langsung ketika kita mengkonsumsi berita-berita timpang itu secara terus menerus, akan berpengaruh kepada pola fikir kita. Ini sangat berbahaya saat kita mengetahui bahwa sebagian “penggemar” media massa seperti surat kabar, majalah, dll berasal dari kalangan yang memiliki akses terbatas akan informasi & narasumber, ini akan menjadi penyesatan massal . Apalagi ketika informasi tersebut didukung oleh narasumber yang katanya kompeten di bidangnya, jelas saja para “penggemar” itu akan langsung menyerapnya mentah-mentah tanpa mempertanyakan keabsahan informasi itu.  Ketika para petinggi Negara atau pihak yang bergerak dalam suatu bidang tertentu mengemukakan pendapatnya akan kebenaran suatu informasi, yang padahal informasi itu jelas-jelas salah, maka hal ini disebut dengan Argumentum Ad Verecundiam atau Argument from Authorities.
Argumentum Ad Verecundiam adalah suatu gejala penyalahgunaan dan propaganda penyesatan massal yang dilakukan oleh pihak-pihak berwenang. Pihak berwenang disini tidak hanya para petinggi-petinggi Negara, pejabat, dan aparat pemerintahan, pihak-pihak disekeliling kita pun dapat menjadi pelaku Argumentum Ad Verecundiam, contohnya guru, dosen, Pak RT, orang-orang yang sudah berumur, dan orang yang nampak kompeten di bidangnya. Kebanyakan orang ketika salah satu dari pihak yang disebutkan di atas mengemukakan pendapatnya tentang suatu hal, maka orang-orang itu akan menerimanya tanpa ada sebuah kritik. Dosen yang memberikan materi yang salah, guru yang menerangkan tanpa ada landasan teori yang kuat, dan tetua-tetua di sekitar rumah yang memberikan alas an irrasional dapat menjadi contoh kecil dari Argumentum Ad Verecundiam.
Media massa banyak membubuhkan pernyataan dari para “authorities” untuk mendukung keabsahan informasi yang mereka sampaikan, contohnya dalam berbagai surat kabar dan berita di TV. Otomatis kita akan mengiyakan apa yang mereka kemukakan dalam media tersebut, dan ketika pernyataan itu tidak berjalan seiring dengan kenyataan dan kebenaran informasi, maka kita adalah korban dari para despot-despot yang dengan sukses menutupi jejak-jejak kotor korporasinya. Di bidang media elektronik, TV contohnya, mungkin banyak dari kita yang merasakan pengalihan perhatian terhadap suatu kasus. Kasus besar terjadi, belum kasus itu terbongkar kita sudah dihadapkan pada berita-berita kacangan yang rasanya tak perlu diperbincangkan dan didiskusikan secara mendalam, masih banyak kasus-kasus  di negeri ini yang belum terungkap hanya gara-gara pengalihan perhatian. Siapa sangka, mungkin terdapat unsur politis di setiap pengalihan perhatian tersebut, apalagi setelah kita mengetahui bahwa beberapa stasiun tv yang katanya memiliki siaran berita yang aktual & terpercaya di dompleng oleh petinggi parpol tertentu.
Di internet banyak situs-situs yang bernama belakang news.com yang sebagian beritanya sama sekali tidak penting tingkat dewa, seperti penemuan ular sepanjang 9 meter, harimau bercorak batik dan ikan pesut lagi ngorong (ngupil) dll, tragisnya sebagian besar masyarakat kita lebih memilih untuk melihat berita kacangan seperti itu daripada mengikuti kasus yang menyangkut harkat, martabat dan kelangsungan negara ini. Jika ditanya kenapa tidak mengikuti kasus anu, kebanyakan akan menjawab “Ah kita mah rakyat, gimana yang di atas aja”. Tidak heran mengapa Negara kita menjadi sasaran empuk para penjajah (lagi), bukan secara militer seperti di masa lalu, kini kita terjajah oleh trend dan gaya hidup yang jelas-jelas merugikan kita.
Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan ini, kita para generasi muda harus mulai mempertanyakan semua yang dilontarkan ke muka kita, semua pemberitaan, kasus-kasus dan informasi-informasi hendaknya kita pertanyakan kebenarannya. Mulai tanamkan sifat kritis pada diri kita agar kita terhindar dari mental Argumentum Ad Verecundiam dan genosida generasi terselubung. Bertindak kritis dapat menyelematkan kita dari siasat pembodohan, kritisi semua hal yang kita terima, cari tahu seluk beluk informasi tersebut melalui sumber/narasumber yang kita anggap dapat dipercaya dan kompeten. Toh tidak ada ruginya kita untuk mencari tahu, sebaliknya wawasan akan bertambah dan pandangan pun akan semakin luas.
Jangan mau dibodohi, ini saatnya kita ambil andil dalam upaya penyelamatan anak negeri!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...