Media massa, ya salah satu media
yang paling ampuh dalam penyebaran informasi, termasuk blog ini. Kita dapat
menikmati berbagai macam informasi dari Media massa. Media massa dapat
diartikan sebagai sebuah alat penyampaian informasi yang ruang lingkupnya cukup
luas.
Media massa bertugas menyampaikan
informasi yang relevan dan kredibel dari narasumber kepada pembaca
(masyarakat), informasi yang disampaikan hendaknya mendidik serta dapat
dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya, tidak asal sebar. Hal ini
berguna agar para pembaca dapat memetik hasil dari apa yang mereka serap dari
media massa, karena tipikal masyarakat kita adalah menelan mentah-mentah apa
yang disajikan oleh media massa mulai dari berita, trend, music, dsb. Dapat
dibayangkan jika media massa menyajikan informasi yang nampak meragukan,
bagaimana dampaknya kepada para pembaca? Secara tidak langsung ketika kita
mengkonsumsi berita-berita timpang itu secara terus menerus, akan berpengaruh
kepada pola fikir kita. Ini sangat berbahaya saat kita mengetahui bahwa
sebagian “penggemar” media massa seperti surat kabar, majalah, dll berasal dari
kalangan yang memiliki akses terbatas akan informasi & narasumber, ini akan
menjadi penyesatan massal . Apalagi ketika informasi tersebut didukung oleh narasumber
yang katanya kompeten di bidangnya, jelas saja para “penggemar” itu akan
langsung menyerapnya mentah-mentah tanpa mempertanyakan keabsahan informasi
itu. Ketika para petinggi Negara atau
pihak yang bergerak dalam suatu bidang tertentu mengemukakan pendapatnya akan
kebenaran suatu informasi, yang padahal informasi itu jelas-jelas salah, maka
hal ini disebut dengan Argumentum Ad Verecundiam atau Argument from
Authorities.
Argumentum Ad Verecundiam adalah
suatu gejala penyalahgunaan dan propaganda penyesatan massal yang dilakukan
oleh pihak-pihak berwenang. Pihak berwenang disini tidak hanya para
petinggi-petinggi Negara, pejabat, dan aparat pemerintahan, pihak-pihak
disekeliling kita pun dapat menjadi pelaku Argumentum Ad Verecundiam, contohnya
guru, dosen, Pak RT, orang-orang yang sudah berumur, dan orang yang nampak
kompeten di bidangnya. Kebanyakan orang ketika salah satu dari pihak yang
disebutkan di atas mengemukakan pendapatnya tentang suatu hal, maka orang-orang
itu akan menerimanya tanpa ada sebuah kritik. Dosen yang memberikan materi yang
salah, guru yang menerangkan tanpa ada landasan teori yang kuat, dan tetua-tetua
di sekitar rumah yang memberikan alas an irrasional dapat menjadi contoh kecil
dari Argumentum Ad Verecundiam.
Media massa banyak membubuhkan
pernyataan dari para “authorities” untuk mendukung keabsahan informasi yang
mereka sampaikan, contohnya dalam berbagai surat kabar dan berita di TV.
Otomatis kita akan mengiyakan apa yang mereka kemukakan dalam media tersebut,
dan ketika pernyataan itu tidak berjalan seiring dengan kenyataan dan kebenaran
informasi, maka kita adalah korban dari para despot-despot yang dengan sukses
menutupi jejak-jejak kotor korporasinya. Di bidang media elektronik, TV
contohnya, mungkin banyak dari kita yang merasakan pengalihan perhatian
terhadap suatu kasus. Kasus besar terjadi, belum kasus itu terbongkar kita
sudah dihadapkan pada berita-berita kacangan yang rasanya tak perlu
diperbincangkan dan didiskusikan secara mendalam, masih banyak kasus-kasus di negeri ini yang belum terungkap hanya
gara-gara pengalihan perhatian. Siapa sangka, mungkin terdapat unsur politis di
setiap pengalihan perhatian tersebut, apalagi setelah kita mengetahui bahwa
beberapa stasiun tv yang katanya memiliki siaran berita yang aktual &
terpercaya di dompleng oleh petinggi parpol tertentu.
Di internet banyak situs-situs yang
bernama belakang news.com yang sebagian beritanya sama sekali tidak penting
tingkat dewa, seperti penemuan ular sepanjang 9 meter, harimau bercorak batik
dan ikan pesut lagi ngorong (ngupil) dll, tragisnya sebagian besar masyarakat
kita lebih memilih untuk melihat berita kacangan seperti itu daripada mengikuti
kasus yang menyangkut harkat, martabat dan kelangsungan negara ini. Jika
ditanya kenapa tidak mengikuti kasus anu, kebanyakan akan menjawab “Ah kita mah
rakyat, gimana yang di atas aja”. Tidak heran mengapa Negara kita menjadi
sasaran empuk para penjajah (lagi), bukan secara militer seperti di masa lalu,
kini kita terjajah oleh trend dan gaya hidup yang jelas-jelas merugikan kita.
Sudah saatnya kita bangkit dari
keterpurukan ini, kita para generasi muda harus mulai mempertanyakan semua yang
dilontarkan ke muka kita, semua pemberitaan, kasus-kasus dan
informasi-informasi hendaknya kita pertanyakan kebenarannya. Mulai tanamkan
sifat kritis pada diri kita agar kita terhindar dari mental Argumentum Ad
Verecundiam dan genosida generasi terselubung. Bertindak kritis dapat
menyelematkan kita dari siasat pembodohan, kritisi semua hal yang kita terima,
cari tahu seluk beluk informasi tersebut melalui sumber/narasumber yang kita
anggap dapat dipercaya dan kompeten. Toh tidak ada ruginya kita untuk mencari
tahu, sebaliknya wawasan akan bertambah dan pandangan pun akan semakin luas.
Jangan mau dibodohi, ini saatnya
kita ambil andil dalam upaya penyelamatan anak negeri!
No comments:
Post a Comment